ANALISIS KONFLIK PERAN, KECERDASAN EMOSIONAL DAN JOB BURNOUT TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN BPR BMT FAJAR CABANG PRINGSEWU

SITI ROHMAH, Analisis Konflik Peran, Kecerdasan Emosional dan Job
Burnout terhadap Komitmen Organisasi pada BPR BMT Fajar cabang Pringsewu
(Dibawah bimbingan Atmi Saptarini, S.E., M.M, sebagai pembimbing utama dan
Arohman, S.E., M.M, sebagai pembimbing pembantu) xviii + 74+ 12 tabel + 3
gambar dan lampiran-lampiran.
Komitmen organisasi merupakan suatu keadaan di mana seorang karyawan
memihak kepada organisasi dengan menjalankan semua tugas yang diberikan
untuk tercapainya tujuan dari organisasi tersebut, dan memiliki kepercayaan yang
kuat terhadap organisasi dengan menerima peraturan dan tugas yang diberikan
oleh organisasi atas dasar kepercayaan bahwa organisasi menghargai komitmen
dari karyawan.
Masalah dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi karyawan di BPR
BMT Fajar kurang baik yang diindikasikan dengan adanya karyawan yang
mengajukan pengunduran diri karyawan disetiap tahunnya. Adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh konflik peran terhadap
komitmen organisasi, apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
komitmen organisasi, apakah ada pengaruh job burnout terhadap organisasi dan
apakah konflik peran, kecerdasan emosional, dan job burnout berpengaruh
terhadap komitmen organisasi. Tujuan penelitian ingin mengetahui apakah ada
pengaruh konflik peran, kecerdasan emosional dan job burnout terhadap
komitmen organisasi.
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah dengan
wawancara. Berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan, maka diperoleh hasil
bahwa karyawan BPR BMT Fajar cabang Pringsewu secara keseluruhan belum
baik, hal itu dibuktikan dengan adanya konflik peran yang terjadi dilingkungan
organisasi, dan masih rendahnya kecerdasan emosional yang dimiliki karyawan
sehingga hal tersebut menyebabkan job burnout yang berkepanjangan didalam
organisasi. Dari fenomena tersebut dapat menyebabkan intensitas karyawan untuk
keluar dari organisasi tinggi, sehingga hal tersebut menyebabkan rendahnya
komitmen karyawan terhadap organisasi.