KETIDAKADILAN GENDER PADA NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA: TINJAUAN SASTRA FEMINIS

Gender adalah suatu konsep kultural yang dipakai untuk membedakan peran dan identitas sosial, sehingga menimbulkan perbedaan fungsi, hak, dan status dalam relasi gender. Oleh karena itu, dalam relasi gender ada pihak yang dirugikan, biasanya banyak terjadi pada perempuan. Inilah yang menimbulkan adanya ketidakadilan gender yang harus diketahui semua masyarakat dan mahasiswa. Masalah dalam penelitian ini ialah ketidakadilan gender pada novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia dan masih adanya budaya patriarki yang kental di dalam masyarakat. Dari dua masalah penelitian, peneliti hanya memfokuskan pada masalah pertama yaitu tentang ketidakadilan gender dalam novel. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender dalam novel ini meliputi; marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan dan, beban ganda. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Penelitian deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan, dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Triangulasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data triangulasi dengan sumber. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian deskriptif analitik ini adalah dengan tahap penelitian; data collection/pengumpulan data, data reducation (reduksi data), data display/penyajian data, dan verification. Penelitian ini merupakan bentuk tinjauan sastra feminis terhadap ketidakadilan gender dalam novel Surga yang Tak Dirindukan karya sastra Asma Nadia. Ketidakadilan gender dalam novel Surga yang Tak Dirindukan ditemukan dalam bentuk marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan, dan beban kerja. Ketidakadilan pada novel Surga yang Tak Dirindukan ini disebabkan karena adanya identitas gender maskulin dan feminim serta karena adanya budaya patriarki yang sudah melekat dalam kehidupan masyarakat.